oleh

Pemkot dan Komunitas Sinergi Angkat Sejarah Titik Nol Kilometer

-Berita-154 Dilihat

Malang, (malangkota.go.id) – Dalam rangka memperingati hari jadi ke-107 Kota Malang, komunitas Malang Old Photo mengadakan acara Mbloesoekan –en Djagongan Bouwplan II, Sabtu (03/04/2021). Wakil Wali Kota Malang, Ir. H. Sofyan Edi Jarwoko bersama komunitas tersebut memasang papan tugu 0 kilometer (0 km) Kota Malang.

Wakil Wali Kota Malang, Ir. H. Sofyan Edi Jarwoko, Tim Cagar Budaya Malang Budi Fatoni dan komunitas Malang Old Photo di kegiatan blusukan dan jagongan Bouwplan II*

Menurut Bung Edi, sapaan akrab Sofyan Edi Jarwoko tersebut yang dapat memperkenalkan potensi wisata heritage Kota Malang yang sangat kaya bukanlah orang lain namun warganya sendiri. “Saya menyambut baik dan merasa senang, bersyukur atas inisiasi komunitas untuk kegiatan pagi hari ini. Yang bisa memperkenalkan Malang lebih detail bukan orang lain namun kita sendiri,” ujar Bung Edi.

Di tengah kegiatan Bung Edi menyampaikan bahwa Kota Malang memiliki potensi yang sangat besar, ada sejarah yang sangat luar biasa dan semuanya hal tersebut adalah sebuah aset yang sangat bernilai, mahal, dan tidak dimiliki oleh daerah lain. Pemerintah Kota Malang dengan komunitas yang ada terus bergerak bagaimana menggali, mempromosikan, dan mengenalkan potensi wisata sejarah Kota Malang.

Wakil Wali Kota Malang, Ir. H. Sofyan Edi Jarwoko, meresmikan pemberian tanda titik nol Kota Malang di depan Alun-Alun Merdeka Kota Malang

“Mungkin kita menganggap hal itu kecil karena kita sangat dekat dengan kondisi yang kita tempati, kalau sangat dekat itu kadang tidak terasa. Insha Allah ini adalah potensi yang akan jadi daya tarik tersendiri. Marilah kita mulai dari hal-hal yang kecil yang sebetulnya itu besar bagi masyarakat lain, kota lain, mungkin juga negara lain yang pernah ada historis di Kota Malang,” jelas Bung Edi.

Bung Edi juga meresmikan pemberian tanda titik nol Kota Malang di depan Alun-Alun Merdeka Kota Malang. Sedangkan Bouwplan II sendiri merupakan rencana pengembangan Kota Malang tahap II pada tahun 1920. Bouwplan ini dilatarbelakangi oleh kedatangan generasi baru orang-orang Belanda asli dari Eropa di masa awal berubahnya status Malang menjadi Kotapraja. Di mana mereka ingin memberi kesan agar Kota Malang lebih bercorak barat. Mereka menghendaki agar pusat pemerintahan kota yang semula ada di Alun-Alun Merdeka dipindahkan ke tempat lain, sehingga harus diciptakan pusat pemerintahan kota yang baru.

Tanda titik nol Kota Malang di depan Alun-Alun Merdeka Kota Malang

Bouwplan II ini yang membuat Kota Malang kini mempunyai dua daerah yang menjadi pusat kota dan pusat pemerintahan sendiri-sendiri. Pertama adalah Alun-Alun Merdeka sebagai pusat kota dan Alun-Alun Bunder (Alun-Alun Tugu) yang dibangun sejak tahun 1922 menjadi pusat pemerintahan kota.

“Tujuan area ini adalah diperuntukkan sebagai perumahan militer dan pemerintahan, berada di sekitar alun-alun ini. Sehingga nama-nama jalan ini menggunakan nama para gubernur jenderal. Untuk luasnya 15.574 meter persegi,” terang Budi Fatoni salah satu tim ahli cagar budaya Kota Malang. (eka/ram)