Lintas Daerah
  • Home
  • Berita
  • Investasi Usaha
    • Syariah
    • Bisnis Digital
  • Sejarah Budaya
  • Wisata
    • Kuliner
  • Serba Serbi

Lintas Daerah

  • Home
  • Berita
  • Investasi Usaha
    • Syariah
    • Bisnis Digital
  • Sejarah Budaya
  • Wisata
    • Kuliner
  • Serba Serbi

Milton Pakpahan: Indonesia Berpotensi Kembangkan Energi Baru Terbarukan

Mantan Ketua Komisi VII DPR RI Milton Pakpahan

Jakarta, PenaOne – Ketua Bidang Sumber Daya Mineral (SDM) Relawan Jokowi atau ReJo Dr Milton Pakpahan mengaku, Indonesia berpotensi untuk mengembangkan Energi Baru Terbarukan (EBT).

Milton menjelaskan mengenai kebutuhan energi Indonesia yang sangat tinggi serta target 23% energi terbarukan yang ingin dicapai oleh pemerintah di tahun 2030. Saat ini, lanjut Milton, energi terbarukan hanya sekitar 5-6% dari total penggunaan energi di Indonesia.

“Potensi 29 ribu megawatt panas bumi, 75 ribu megawatt tenaga air, 133,3 ribu megawatt tenaga angin, 532 ribu megawatt tenaga panas matahari, 18 ribu megawatt tenaga gelombang dan 30 megawatt tenaga nuklir,” kata Milton dalam diskusi bertajuk “Rencana Pengembangan Energi Terbaharukan dalam Perkembangan Infrastruktur Indonesia, Apakah Hanya Wacana” di kawasan Menteng, Jakarta Pusat, Selasa (8/1/2019).

Baca Juga :  Walikota Sambut Tim Juri Penilaian Lomba Desa Regional Jawa-Bali

Selain Milton Pakpahan, hadir sebagai pembicara dalam diskusi tersebut diantaranya; Hokkop Situngkir Direktur Teknik dan BD Waskita Karya Energ, Marlistya Citraningrum Program Manager Sustainable Energy Access IESR dan Ferdy Hadiman Peneliti Alpha Research Database Indonesia.

Milton yang pernah menjabat Ketua Komisi VII DPR RI itu menambahkan, saat ini pemuda harus dilibatkan dalam pengembangan EBT.

“Kampus-kampus harus membentuk Fakultas atau Prodi terkait energi baru terbarukan itu,” pungkasnya.

Sementara itu, Hokkop Situngkir mengatakan pengembangan EBT berkembang lambat disebabkan beberapa faktor. Beberapa faktor tersebut antara lain faktor regulasi, yaitu pemerintah sering tidak konsisten dalam menerapkan peraturan soal EBT sehingga menyulitkan investor.

Faktor infrastruktur, yakni belum ada fasilitas yang menyambungkan energi dari sumber (biasanya terletak di remote area) ke konsumen.

Serta faktor kesadaran masyarakat, yakni masyarakat belum menganggap EBT sebagai hal penting di masa depan.  (lus/had)

Baca Juga :  Dukung Ketahanan Pangan, Demplot Kodim 0724/Boyolali Ditanami Jagung

Bagikan ini:

  • Klik untuk berbagi di WhatsApp(Membuka di jendela yang baru)
  • Klik untuk berbagi di Telegram(Membuka di jendela yang baru)
  • Klik untuk membagikan di Facebook(Membuka di jendela yang baru)
  • Klik untuk berbagi pada Twitter(Membuka di jendela yang baru)
  • Klik untuk berbagi di Linkedln(Membuka di jendela yang baru)

Terkait

Baca juga :

Puluhan peserta Diklat Dari Kemenkeu RI Lakukan Kunker...

Wali Kota Bekasi Terbitkan Maklumat Ramadan

Kebumen Liburkan Sekolah 14 Hari

KPK Akui Masih Sadap 300 Nomor Telepon

Ratusan Wisatawan Terhibur Saat Pelepasan Puluhan Anak Penyu

Gugus Tugas Covid-19 Banjar Imbau Warga Perbatasan

Popular Posts

  • 1

    Mengenal Lebih Dekat NEM (XEM), “Blockchain Aset Cerdas”

  • 2

    5 Mata Uang Kripto Terbaik Berdasarkan Market Cap

  • 3

    SYEKH QURO KARAWANG

  • 4

    Bagaimana Cara Menjadi Kaya dari Cryptocurrency Baru?

  • 5

    Budidaya Pohon Kurma

  • Facebook
  • Twitter
  • Youtube

@2019 - LintasDaerah. All Right Reserved.