oleh

Jadi Ruang Publik, Loji Gandrung Bakal Dibuka 24 Jam

-Berita-303 Dilihat

Loji Gandrung memang memesona. Arsitektur rumah dinas Wali Kota Surakarta ini mencirikan perpaduan budaya Eropa dan Jawa, yang dikenal dengan sebutan Indis. Berdiri megah di tepi Jalan Slamet Riyadi, yang merupakan ruas jalan utama Kota Solo, pesona Loji Gandrung sulit untuk dilewatkan siapapun yang melintas di depannya.

Sejarah panjang pun mengiringi perjalanan Loji Gandrung, sejak dibangun pada 1830 hingga berfungsi sebagai rumah dinas orang nomor satu di Kota Solo. “Bahkan dulu Bung Karno (Presiden pertama RI, Ir Soekarno) sering menginap di sini saat berada di Solo,” ungkap Wali Kota FX Hadi Rudyatmo.

Campuran gaya arsitektur serta histori Loji Gandrung ini lantas memunculkan ide Pemkot, untuk menjadikannya sebagai ruang publik. Meskipun bisa dibilang Loji Gandrung kerap dikunjungi khalayak sebelum ide itu mencuat pada 2017, namun ruang publik yang dimaksud di sini adalah ruang publik terbuka yang tidak terbatas jam operasional.

“Loji Gandrung akan dibuka 24 jam untuk masyarakat. Jadi warga kalau masuk ke dalam ruangan-ruangan di bangunan utama silakan, foto-foto atau selfie juga boleh. Mau rapat di Loji Gandrung pun boleh,” kata Wali Kota.

Ya, sebelumnya khalayak hanya bebas memasuki pelataran bangunan cagar budaya itu selama berlangsungnya Car Free Day (CFD) setiap Minggu pagi. Di luar waktu tersebut, pengunjung harus memberitahukan keperluan mereka kepada petugas keamanan, saat memasuki kompleks.

“Jadi nantinya Loji Gandrung akan kami buat sebagai destinasi wisata sejarah. Namanya pun akan diubah menjadi Rumah Bung Karno, untuk menghormati jasa beliau.”

Ide ini direalisasikan secara bertahap. Setelah pedestrian di depan Loji Gandrung selesai ditata, saat ini Pemkot sudah mencopot dua pintu gerbang di sisi utara. Kedua pintu itu semula selalu ditutup saat malam hari, seolah menandakan bahwa Loji Gandrung tidak bisa dimasuki khalayak secara sembarangan.

Beberapa lanskap halaman depan pun diubah. Seperti taman di sekitar patung Brigjen Slamet Riyadi yang diganti kolam, serta garasi dan pos penjagaan sisi barat yang dipindah ke sisi timur. Hasilnya, Loji Gandrung terkesan lebih luas dan terbuka.

“Nanti juga akan dipasang lampu sorot, agar terlihat menarik pada malam hari. Ada juga kamera pengawas (CCTV) di berbagai titik, untuk membantu petugas jaga. Tahun depan dipasang juga patung presiden-presiden RI, termasuk patung Bung Karno sebagai Presiden pertama,” papar Rudy, demikian Wali Kota biasa disapa.

Sayangnya, pemanfaatan bangunan utama Loji Gandrung itu berdampak terhadap kehidupan pribadi Wali Kota maupun aktivitasnya. Sebab selain kamar tidur Bung Karno di sisi timur, seluruh bagian bangunan lainnya hingga kini masih berfungsi seperti biasa.

Misalnya ruangan di sisi barat bangunan utama, maupun serambi belakang di sisi kiri dan kanan Loji Gandrung. “Di situ ada ruang rapat, ruang makan, dapur, kamar tidur keluarga, kamar tidur ajudan, serta kantor bagian rumah tangga.” jelas Kepala Bagian (Kabag) Umum Sekretariat Daerah (Setda) Agus Santoso.

Alhasil, Wali Kota berikut keluarganya terpaksa “menyingkir” seandainya pengunjung bebas mengakses bangunan utama Loji Gandrung. “Tapi nggak masalah. Lha wong saya biasa tidur di manapun kok. Rumah saya saja di pinggir kali,” canda Rudy.

Untungnya, di bagian belakang kompleks Loji Gandrung terdapat sebuah rumah singgah (guest house) yang kini jarang digunakan. Bangunan itulah yang akan dialihfungsikan sebagai rumah dinas Wali Kota. “Renovasinya berlangsung bertahap, dimulai tahun ini untuk pembangunan struktur bangunannya. Tahun depan dilanjutkan lagi untuk finishing-nya,” tutur Agus. (**)