oleh

IATF 2018 Paviliun Indonesia Raih Potensi Transaksi USD 115 Juta

-Berita-325 Dilihat

Cairo, PenaOne – Perhelatan pameran dagang intra afrika (Intra Africa Trade Fair/IATF) 2018 resmi ditutup. Upaya KBRI Cairo yang memfasilitasi kehadiran pebisnis asal nusantara dengan mendirikan Paviliun Indonesia pun tidak sia-sia. Sejumlah potensi transaksi dagang berhasil diraih dengan nilai total USD 115,4 juta (sekitar Rp 1,673 triliun, kurs USD 1= Rp 14.500).

“Potensi transaksi yang berhasil diraih ini semakin membuktikan bahwa arahan Presiden Joko Widodo agar kita melihat Pasar Afrika sudah tepat,” ujar Duta Besar Indonesia untuk Mesir, Helmy Fauzi di KBRI Cairo, Garden City, Cairo, (18/12).

Untuk diketahui, perhelatan IATF merupakan kali pertama digelar Afrieximbank dan Uni Afrika. Pameran dagang yang dibuka secara resmi Perdana Menteri Mesir, Mustafa Kamal Madbouly ini berlangsung pada 11-17 Desember 2018.

Setidaknya tercatat 3 BUMN, 12 perusahaan swasta asal nusantara dan satu institusi keuangan Indonesia Eximbank meramaikan Paviliun Indonesia. Para perusahaan ini merupakan penghasil ataupun eksportir sejumlah produk dan komoditas utama seperti kopi, kelapa sawit, rempah, pupuk, pelumas kendaraan hingga kapal karet berteknologi tinggi. BUMN yang berpartisipasi dalam IATF 2018 ini yakni PTPN III Holding (Persero), PT Perusahaan Perdagangan Indonesia, dan PT Pertamina Lubricants.

Sedangkan 12 perusahaan swasta yang memamerkan produk dan jasa yaitu PT AK Goldenesia, PT Tunas Utama Cipta, PT Pura Barutama, PT Iqra Visindo Teknologi, PT Dahlia Kusuma Utama, PT Megumi Shigen Indonesia, Mensa Group Indonesia, PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk, PT Mayora Indah Tbk, PT Danora Agro Prima, dan PT Talaza Global Savana. 

Dalam IATF 2018, tiga BUMN tersebut berhasil meraih potensi kontrak dagang. PTPN III Holding membukukan potensi kontrak kelapa sawit senilai USD 90 juta. Disusul PT Perusahaan Perdagangan Indonesia meraih potensi penjualan kopi, kelapa sawit dan rempah senilai USD 5.679.720. Dan PT Pertamina Lubricants yang meraih potensi penjualan pelumas senilai USD 6 juta.

Selain itu, 6 dari 12 pebisnis swasta juga mendapatkan potensi kontrak dagang dalam pameran kali ini. PT AK Goldenesia mendapat potensi kontrak turunan kelapa sawit senilai USD 445 ribu. Lalu PT Dahlia Kusuma Utama yang menjual pupuk organik mendapat potensi transaksi senilai USD 500 ribu. Kemudian PT Tunas Utama Cipta berpotensi menjual kopi senilai USD 750 ribu.

Selanjutnya, PT Pura Barutama meraih potensi kontrak percetakan cek, paspor dan security paper senilai USD 2 juta. Tidak ketinggalan PT Iqra Visindo Teknologi meraih peluang kontrak penjualan HDPE boating dan landing boat senilai USD 10 juta. Terakhir,  PT Talaza Global Savana membukukan potensi transaksi penjualan paket wisata senilai USD 34 ribu. Dengan demikian, total potensi transaksi yang diraih selama pelaksanaan IATF 2018 mencapai USD 115.408.720 (sekitar Rp 1.673.426.440.000, kurs USD 1= Rp 14.500).

Terkait potensi transaksi, Dubes Helmy mengaku gembira dengan capaian tersebut. Sebab nilainya melebihi angka potensi dagang yang dihasilkan dalam Trade Expo Indonesia 2018 senilai USD 76,48 juta. Termasuk juga jika dibandingkan dengan pelaksanaan Indonesia Expo di Mesir tahun 2017 lalu yang mencapai USD 27 juta.

Untuk itu, dirinya berterima kasih atas kerja keras jajaran KBRI Cairo dan kerja sama yang diberikan para pebisnis yang berpartisipasi dalam IATF 2018. Dubes Helmy berharap upaya penetrasi produk Indonesia ke Pasar Afrika semakin gencar dilakukan.

“Peningkatan nilai potensi transaksi ini semakin menunjukkan produk kita semakin diminati pasar Mesir dan Afrika. Momentum ini harus terus kita manfaatkan dan KBRI Cairo selalu siap membantu menyukseskan agenda pemerintah agar produk Indonesia bisa menguasai Pasar Afrika,” tandas Dubes Helmy.

Dubes Helmy juga mengapresiasi keikutsertaan Indonesia Eximbank dalam Paviliun Indonesia. Sebab, lanjut dia, institusi keuangan ini  dapat langsung menindaklanjuti kemungkinan problem pendanaan ekspor ke Afrika. Terlebih, Indonesia Eximbank telah menyediakan standing loan sebesar USD 100 juta untuk pembiayaan ekspor Indonesia ke Afrika.

“Fasilitas keuangan ini merupakan wujud kerja nyata pemerintahan Joko Widodo memberi stimulus ekspor bagi pengusaha Indonesia yang ingin merambah Pasar Afrika,” jelas Dubes Helmy. (lis/daf)