oleh

Disbudpar Getol Maksimalkan Pokdarwis

-Berita-533 Dilihat

Klojen (malangkota.go.id) – Kota Pariwisata telah disematkan untuk Kota Malang. Namun itu tak bermakna apabila tidak diikuti oleh rasa memiliki dan keterlibatan aktif warganya.

Kepala Disbudpar Kota Malang, Ida Ayu Made Wahyuni (berkacamata hitam) saat mengunjungi Kampung Tridi

Hal itu disampaikan Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Kota Malang, Ida Ayu Made Wahyuni, SH, M.Si disela-sela pembinaan Kelompok Sadar Wisata (Po9kdarwis) di Kampung Tridi (3D), Minggu (13/01/2019).

Disampaikan Ida, Kampung Tridi, Kampung Warna-Warni dan Kampung Biru telah menjadi satu kesatuan paket wisata kota. Wisatawan pun masih antusias untuk melakukan aktivitas swafoto di lokasi wisata tersebut, sehingga menurut Ida warga setempat harus memiliki tourisme minded.

Karena menonjolkan pada keunikan lukisan mural tiga dimensi, maka untuk mengantisipasi kejenuhan pengunjung diperlukan kreativitas warga untuk terus melakukan peremajaan lukisan dan menggali potensi cinderamata yang disajikan.

“Yang tidak kalah pentingnya karena berada di tengah-tengah pemukiman adalah keramahtamahan dan kemampuan berkomunikasi yang baik dengan pengunjung,” imbuh Ida.

Melihat data dari Disbudpar, masih ada 11 Pokdarwis yang ada di Kota Malang. Secara kuantitatif dari 57 kelurahan  yang ada di kota Malang, maka masih 10 persen dan ini masih sedikit untuk sebuah kota yang menasbihkan sebagai Kota Pariwisata sebagaimana termaktub dalam Tri Bina Cita Kota Malang (Kota Pelajar/Pendidikan, Kota Pariwisata dan Kota Industri_red).

Menyikapi hal tersebut, Ida menuturkan bahwa langkah pendampingan dan edukasi harus terus dilakukan di tingkat kelurahan.

“Ada dua hal yang kita tekankan, yakni bagaimana mendorong dan memotivasi masyarakat agar menjadi tuan rumah yang baik dalam mendukung kegiatan kepariwisataan serta mendorong dan memotivasi masyarakat untuk meningkatkan kualitas lingkungan dan daya tarik wisata,” jelasnya lagi.

Sementara itu Wali Kota Malang Drs. H. Sutiaji menilai dan mengakui bahwa masyarakat Kota Malang belum kuat etos wisatanya.

“Masyarakat kita belum seperti Bali maupun Yogyakarta. Darah wisatanya belum sekental dua daerah tersebut. Tapi bukan berarti kita (Kota Malang) nggak bisa. Saya yakin dan saya percaya bisa,” yakin pria berkacamata tersebut.

Secara khusus Sutiaji telah mendorong Disbudpar Kota Malang untuk memperbanyak dan memperkuat Pokdarwis. “Masak nggak sampai 50 persen. Padahal Kota Malang makin.akrab dan mungkin juga pelopor lahirnya kampung-kampung wisata tematik. Maka kehadiran Pokdarwis yang memang basisnya kelurahan menjadi teramat strategis,” urainya.

Hal lain yang menurut Sutiaji penting dilakukan untuk makin mengentalkan darah wisata Kota Malang adalah penyusunan agenda wisata secara permanen, penambahan hotel-hotel dengan ciri budaya lokal serta pernak-pernik wisata khas Malang, penguatan pemandu wisata dan penguatan ciri khas wisata Kota Malang yang akan ditekankan menjadi wisata heritage.

“Strategi lainnya adalah sinergi wisata Malang Raya. Karena Bali dan Yogya itu juga karakteristiknya satu kesatuan,” terangnya lebih lanjut.

Mengacu data kunjungan wisata, prospek wisata Kota Malang sangat potensial. Pada ajang Indonesia Attractive Index (IAI), wisata Kota Malang masuk dan mendapat penghargaan kota potensial wisata dengan ditopang kehadiran kampung tematik. (say/yon)